The Prelude

First topic message reminder :

Di dunia yang semakin kacau ini yang disebbkan oleh banyaknya kemunculan monster-monster, dan berbagai jenis siluman. Pada awalnya para monster dan siluman tersebut memburu manusia di malam hari, Namun sekarang disiang haripun mereka juga berburu. Setelah sekian lama akhirnya salah seorang yang memberanikan diri untuk melawan dan membasmi para monster tersebut dan akhirnya ia membentuk sebuah organisasi yang dikenal sebagai Battle Spirit.

Tampaklah seorang laki-laki dengan jubah putihnya yang dibelakangnya terselip sebuah katanya. Ia adalah Kazuhiko Ia dikenal sebagai sang pembasmi. Ia berjalan mondar mandir disekitar gedung yang bertahtakan emas tersebut. ia mulai melirik jam dinding seakan-akan menunggu seseorang. "Semoga saja mereka bisa datang tepat waktu", kata Kazuhiko pelan. Ia terlihat mulai panik karena temannya tak kunjung datang.

"Tujuan kita saat ini adlah menuju Plate West land. Karena di daerah tersebut monster sering bermunculan, sehingga penyisiran pertama yang kita akan lakukan dimulai dari sana.", kata Kazuhiko menjawab pertanyaan Kiran. "Oke.. Sekarang kita lanjutkan lagi perjalanan kita agar tidak terlambat.", seru Kazuhiko kepada semuanya.

Srek...Srek...Srek... Suara langkah gontai yang sedang berjalan di hutan. Langkah-langkah kecil tersebut terseok-seok menyeret keringnya dedaunan yang menutupi permukaan tanah. Terlihat ia seperti seorang pemuda yang sedang letih untuk melanjutkan sebuah perjalanan. Tiba-tiba ia berhenti sejenak di sebuah pohon yang besar, "Hmmph.... Sudah sejauh ini aku berlari, kapan aku akan berhenti?", kata Ragil mengeluh. Ya, itulah kenyataan yang dialami pemuda malang ini. "Aku tidak boleh menyerah, aku harus menemukan seseorang yang mau menolongku. Ya aku harus menemukannya.", kata ragil menyemangati dirinya yang telah letih untuk melanjutkan perjalanannya. Sesaat kemudian pemuda tersebut kembali melanjutkan perjalanannya.

Dengan masuknya Kiran, maka bertambahlah anggota mereka. Sambil melanjutkan obrolannya, Kazuhiko dan kawan-kawannya melanjutkan perjalanannya ke Plate West Land. "Hmm, mulai sekarang kelompok ini akan semakin kuat, akan kami basmi kalian. Lihat saja nanti.", gumam Kazuhiko dalam hati.

"kazuhiko ?, apa kau dengar suara langkah ?, dan lihat ini, belahan dedaunan yang menutupi tanah, terlihat seperti jejak suatu mahkluk, apa sebaiknya kita selidiki dulu jejak apa ini ?" kata kiran dengan penasaran dengan sedikit waspada mengawasi sekelilingnya.

"Ya, aku juga mendengarnya, walaupun masih samar-samar.", jawab Kazuhiko. "Jejak ini memang sedikit mencurigakan, tetaplah waspada.", kata Kazuhiko dengan suara yang lemah. "jejak ini memang sedikit aneh, langkah yang pendek namun menyisakan sedikit jejak seperti bekas pijakan manusia. Jika ia manusia,,, aku harus memastikannya.", kata kazuhiko dalam hati.

Terdengar langkah-langkah kaki dari beberapa orang yang samar-samar mendekati pemuda malang tersebut. Suara langkah tersebut membuyarkan lamunannya. "Apakah ini langkah manusia,,, atau jangan-jangan mereka lagi.", Ragil mulai ketakutan dan mundur ke balik pohon besar di dekatnya.

Kazuhiko dan teman-temannyapun melanjutkan perjalanan mereka sambil mengikuti jejak misterius itu. Setelah jauh melangkah tiba-tiba saja ia berhenti "Hmmm,, jejak ini seperti berhenti di dekat siini. Tapi kemanakah pemilik jejak ini? Aku harus waspada.", katanya dalam hati. Kazuhiko memperlebar jangkauan penglihatannya dengan berdiri tegak sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. "Aku harus tetap tenang, aku tidak boleh membuat yang lainya panik.", gumamnya lemah, sembari tangannya mendekat ke arah paha kanannya guna mengambil pisaunya jika terjadi sesuatu yang membahayakan.

Setelah cukup lama bersembunyi, suara langkah kaki yang kian mendekat seakan-akan membuat jantungnya copot. Nafasnya mulai tersengal sengal, namun ia berusaha mengendalikan rasa takutnya. Setelah rombongan itu mendekat, tiba-tiba saja Ragil melompati semak-semak dan segera menodongkan pisaunya. Ia menodongkan pisaunya tersebut tepat ke arah leher pria yang mengenakan jubah putih tersebut sambil berkata "Kalian siapa? apa tujuan kalian lewat sini?", Ragil yang rasa takutnya belum menghilang menjadi kehilangan kontrol atas dirinya.

Tiba-tiba saja seorang pemuda datang dan menodongkan pisau ke arahnya. Hal itu tentu saja membuatnya terkejut. "Kau siapa, mengapa kau menodongkan senjata ke arahku?", kata Kazuhiko sambil menangkis serangan pria tadi dengan pisau yang digenggamnya. Kazuhiko sedikit memasang ancang-ancang jikalau pemuda tersebut menyerang lagi.

"mengejutkan sekali, siapa orang itu, apa dia baik-baik saja ??". ucap Kiran dalam hati dengan penuh tanda tanya dibenaknya.

sejenak Kiran memandangi orang yang baru saja menyerang Kazuhiko dari ujung rambut sampai kaki.

"matanya menunjukan dia masih diselimuti rasa takut akan sesuatu, apa para monster itu telah menyerangnya". lanjut Kiran yang masih bergumam dalam hatinya..

"tunggu Kazuhiko, !!, sepertinya dia hanya ketakutan dan mungkin dia tak berniat untuk menyerangmu". kata Kiran kepada Kazuhiko.

dengan perlahan Kiran mencoba untuk mendekati pria tersebut. "apa yang telah terjadi denganmu ? apa kau baik-baik saja ?". tanya Kiran kepada pria yang sebelumnya telah menyerang Kazuhiko secara tiba-tiba.

"A.... Apa kau tadi bilang Kazuhiko? ", kata pria tersebut sambil menurunkan senjatanya. 'Jika benar orang yang aku serang ini adalah Kazuhiko, maka perjalananku kali ini tidak sia-sia', kata Ragil dalam hati. "Perkenalkan namaku Ragil, dan tujuanku adalah untuk menemukan orang yang bernama Kazuhiko Aikawa.", kata ragil memperkenalkan diri seraya memasukkan kembali pisau yang ia pegang ke tempatnya. "Oh ya kalian mau kemana", lanjutnya bertanya.

Melihat gelgat pemuda yang bernama Ragil tersebut, Kazuhiko juga menyarungkan senjatanya. "Iya memang benar aku Kazuhiko Aikawa, lantas apa perlumu mencariku?", tanya Kazuhiko kepada Ragil.

di sebuah hutan datang seorang anak2x yang mempunyai aura kegelapan yang kuat sangat kuat sampai-sampai setiap pohon yang di lewati menjadi layu. anak itu bernama ixa dia tak berkata apa-apa dalam perjalanan 

[offtopic]ane mau ke tread lain dan ane ga ke sini lagi[/offtopic]

"..." Takiya hanya berdiam diri sambil menatap para anggota yang baru bergabung

Terus berjalan di belakang Kazuhiko "..." terdiam melihat ada sesosok orang yang baru datang (Ragil) "apa yang diingan-kan orang ini? dari Kazuhiko-san?" batin-nya seraya menghenti-kan langkah kaki-nya, dan menatap orang asing tersebut (Ragil).

"Sup daging!" erang pemuda itu suatu ketika.

Dia, Shuusuke Akai, sedang mengigaukan suatu hal yang terdengar lezat bersamaan dengan lolongan serigala kelaparan. Figures. Tertidur di situasi berbahaya macam ini memang suatu kesalahan yang benar-benar konyol, dan mungkin ia perlu dianugrahkan tepukan tangan meriah karena tidak diserang oleh monster yang berkeliaran dengan buasnya. 

Belum apa-apa sudah ngelantur. Lanjut.

Menatap pisau berbilah keperakan yang berdiam tenang dalam sarungnya, dia menghembuskan nafas lega. Benda itu adalah satu-satunya yang berhasil Akai selamatkan ketika dia kehilangan segalanya--kedua orangtuanya, adik-adiknya, rumahnya--berkat makhluk-makhluk kurang ajar yang memburu manusia tanpa ampun itu. Dengan maksud untuk membalas dendam, ia berusaha untuk mencari monster yang telah merenggut bagian dari hidupnya itu.

Hatsyii!

Yah, untuk sementara memang tidak mungkin, karena masih banyak hal yang perlu ia pelajari sebelum ia melakukan hal itu. Setidaknya, ia mengikuti sedikit pelatihan dengan seorang petarung di desanya untuk meningkatkan kemampuannya. Dan sekarang--

"Celaka! Latihan! Aku lupa!" serunya menampar dahinya keras-keras. "Bisa gawat nih kalau dimarahi Sensei! Harus cepat!"

Melompat turun dari cabang pohon tempat ia tertidur tadi dan berlari sekencang mungkin ke arah barat, tempat ia berlatih bersama gurunya untuk mengalahkan para monster dan siluman, sembari mengunyah kue kacang yang tersimpan di saku celananya. Memang butuh beberapa saat baginya untuk tiba di pekarangan sang guru, namun di tengah jalan ia malah menubruk sesosok berjubah putih yang cukup asing di matanya dan terjatuh. Jatuhnya cukup keren kok, seperti yang ada di komik-komik, jika diputar dalam mosi lambat. Perlahan dan diiringi dengan suara 'buk' yang keras.

"Adududuh," rintihnya mengusap pinggangnya, lalu menggaruk kepalanya perlahan sambil bangkit dari tempatnya terjatuh barusan. "M-Maafkan aku! Aku nggak sengaja, sungguh!"

Alasan tipikal.